Kamis, 11 Oktober 2012

Kenapa Sony Ditarik dari Cina ?


Studi kasus Supply Chain Management         
      
      Pada saat investasi asing berdatangan ke Cina, Sony mengambil langkah sebaliknya. Pada bulan Juni 2002 Sony menarik produksi Camcorder dan Kamera Digital dari Cina ke Jepang. Untuk melihat lebih jauh apa alasan dibalik tindakan Sony ini sangat erat kaitannya dengan produk - produk mereka. Pasar dua produk ini sebenarnya tidak banyak di Cina, tetapi ada di Amerika dan Jepang sendiri. 


Strategi Sony
      Sony telah lama menempatkan diri secara tegas dalam persaingan pasar pada strategi product leadership. Perusahaan ini telah berhasil memenangkan hati customer dengan inovasi produk-produknya termasuk radio, transistor, tape recorder, video recorder, CD, walkman, minidisc, DVD, dan yang terakhir adalah camcorder dan digital camera. Selain tahun 80-an dan 90-an Sony mengeluarkan 572 produk inovatif, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan keseluruhan produk baru yang dikeluarkan oleh Aiwa, Toshiba, Sanyo, dan Matsushita.
       Mengelola produk yang inovatif seperti Camcoder dan Digita Camera bukanlah hal yang mudah. Beberapa tahun yang lalu life cycle dua produk ini berkisar antara 10 - 12 bulan, namun saat ini sudah turun menjadi 2 - 3 bulan saja. Life cycle-nya yang pendek membuat prediksi permintaan terhadap produk-produk ini sulit dilakukan. Pada awal generasi digital camera tahun 90-an, harga produk tersebut sangat mahal sehingga penurunan harga menjadi faktor penentu persaingan yang sangat penting. Kebijakan Cina saat itu adalah memilih Cina sebagai tempat produski untuk menekan ongkos produksi. Perkembangan teknologi tahun 90-an memungkinkan Sony untuk mereduksi ongkos produksi digital camera secara signifikan. Ketika ongkos produksi sudah bisa ditekan akibat kemajuan teknologi, ditambah dengan banyaknya pemain baru yang masuk ke pasar produk ini, Sony melihat ada dorongan baru untuk mengabil pangsa pasar yang mengedepankan inovasi, membuat digital camera menjadi fashion product kelas tinggi. Produsen Camcorder dan digital camera yang lain, seperti Olympus dan Canon tetap berproduksi di Cina. Strategi mereka bukan pada kecepatan meluncurkan produk baru, tetapi pada kemampuan melakukan imitasi produk-produknya Sony dengan harga yang lebih murah.

Kunci Keberhasilan : Time to Market yang Pendek
      Yoshihiro Taya, seorang senior executive Sony mengatakan bahwa salah satu kunci kritis keberhasilan produk inovatif yang memiliki added value tinggi adalah cycle time to market. Cycle time yang dimaksud disini adalah siklus antara order diterima dari pelanggan sampai produk akhir dideliver ke pelanggan tersebut. Didalamnya termasuk kegiatan perancangan (design), manufaktur (produksi), logistik, dan pelayanan pelanggan (customer service). Fleksibilitas yang tinggi dan kecepatan merespon pasar (cycle time yang pendek) mengakibatkan pengaruh ketidakpastian pasar bisa direduksi oleh perusahaan. Dengan product life yang hanya 2 - 3 bulan, tentu keterlambatan deliver seminggu saja mengakibatkan oppotunity loss yang sangat tinggi. Karena penurunan cycle time tidak terlalu banyak bisa dilakukan pada proses pengiriman, perusahaan harus mencari celah yang lain. Bagi Sony, potensi penurunan cycle time tidak hanya ada pada pengembangan produk baru tetapi juga pada beberapa komponen lain seperti :
  1. Material planning dan scheduling
  2. Purchase order cycle
  3. Inbound transportation
  4. Material receipt and inspection
  5. Material review activities
  6. Manufacturing processes
  7. Customer order processing
  8. Warehouse operations
  9. Outbond transportation
  10. Return material/reverse logistics
      Namun ketika diamati secara cermat, hampir tidak ada dari 10 komponen tersebut yang bisa diperbaiki secara signifikan kalau Sony tetap beroperasi di Cina. Sebaliknya potensi tersebut cukup besar kalau Sony beroperasi di Jepang. Harga memang bis lebih tinggi kalau diproduksi di Jepang, tetapi kecepatan merespon pasar (time to market) nya akan jauh lebih pendek.

(Sumber : I Nyoman Pujawan dan Mahendrawathi ER, 2010. Supply Chain Management, Edisi Kedua, Institut Teknologi Sepuluh November) 

Jangan lupa comment nya gan.... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar