Selasa, 11 Desember 2012

SMK "Kesenjangan Output dan Outcome"

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan satuan pendidikan formal yang melaksanakan pendidikan kejuruan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki keahlian, keterampilan (skill) sesuai dengan program keahlian masing-masing. Diharapkan bahwa dengan skill yang mereka miliki tamatan SMK ini nantinya bisa menjadi tenaga terampil kelas menengah yang bisa memenuhi kebutuhan tenaga kerja dalam dunia usaha/dunia industri. Disamping itu tamatan SMK juga diharapkan bisa bersaing dengan lulusan Sekolah Menengah Umum (SMU) dalam meraih kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Euforia Kelulusan
Angka kelulusan menjadi salah satu indikator atau tolak ukur tingkat keberhasilan sekolah dalam melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar (KBM). Angka kelulusan tinggi bisa pula dianggap sebuah prestasi sehingga kebanggaan bagi sekolah yang bersangkutan. Tidak sampai disitu, angka kelulusan yang tinggi bisa juga menjadi bahan promosi untuk menarik minat calon siswa baru. Tidak mengherankan angka kelulusan ini menjadi begitu penting dan berharga bagi sekolah, terlebih apabila diumumkan sebagai sekolah dengan tingkat kelulusan atau nilai tertinggi maka euforia akan nampak jelas sekali.

Ukuran Keberhasilan
Apakah SMK dengan tingkat kelulusan yang tinggi bisa dikatakan berhasil?
Jawabannya tergantung dari DEFINISI KEBERHASILAN yang kita inginkan (required successful).
Jika keberhasilan didefinisikan sebagai pencapaian tingkat kelulusan tertinggi (100%), maka setiap SMK yang mampu mencapai nilai kelulusan 100% bisa dikatakan sebagai sekolah yang berhasil. Logikanya untuk bisa dikatakan sebagai sekolah yang berhasil maka sekolah harus mencapai tingkat kelulusan 100%, jika sebaliknya apabila SMK tidak mampu mencapai angka kelulusan 100% maka sekolah bersangkutan dikatakan tidak berhasil. Maka pada konteks ini masalah menjadi sederhana yaitu bagaimana sekolah mencapai angka 100%.

Tepatkah tingkat keberhasilan hanya diukur dari tingkat kelulusan saja?
SMK adalah sekolah yang menghasilkan output dengan berbekal keterampilan. Harapannya para lulusan SMK ini bisa 1) diterima bekerja di dunia usaha/dunia industri (DU/DI) 2) bisa menciptakan lapangan kerja sendiri (entrepreneurship) 3) bisa lulus ujian masuk perguruan tinggi. Berhasil tidaknya sebuah SMK bisa juga diukur dari bisa tidaknya memenuhi ketiga harapan di atas. SMK dengan jumlah output dan tingkat serapan tenaga kerja yang tinggi menandakan sekolah tersebut mampu menyesuaikan dengan kebutuhan DU/DI. Selanjutnya indikator keberhasilan yang lain bisa juga dari tingkat kelulusan dalam ujian masuk perguruan tinggi.

Dengan demikian secara garis besar terdapat tiga indikator untuk mengukur kualitas atau tingkat keberhasilan sebuah SMK yaitu :
Pertama, tingkat kelulusan
Kedua, tingkat serapan kerja pada DU/DI
Ketiga, tingkat kelulusan dalam ujian masuk perguruan tinggi.
Ketiga indikator tersebut bisa dijadikan sebagai umpan balik (feedback) bagi proses internal di dalam sekolah untuk mengevaluasi serta menilai proses internal yang berlangsung di sekolah. Untuk itu perlu adanya historical data mengenai penelusuran tamatan SMK untuk mengontrol dan mengevaluasi sejauh mana tingkat keberhasilan sebuah SMK tersebut. Tentu output yang tinggi tidak akan berarti apa-apa jika outcome nya rendah. Kita tentu berharap SMK bisa menghasilkan output yang tinggi sekaligus outcome yang berkualitas sesuai dengan semboyan "SMK BISA, SIAP KERJA, CERDAS dan KOMPETITIF". Kita tidak ingin tamatan SMK menjadi beban masyarakat karena tidak bisa bekerja ataupun melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa SMK sebagai sebuah lembaga pendidikan formal harus dilihat sebagai sebuah sub-sistem dari sebuah sistem  yang lebih besar. SMK tidak bisa lepas persaingan dalam DU/DI, maupun kompetisi dalam ujian masuk perguruan tinggi. Dengan demikian SMK yang berkualitas adalah SMK yang bisa memenuhi ketiga indikator di atas.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar