Minggu, 14 Oktober 2012

Smart System dan Pemimpin Visioner

Kesuksesan suatu bangsa bermula dari kesuksesan individu-individu yang berada dalam bangsa tersebut (Marwah Daud Ibrahim)

      Keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak terlepas dari eksistensi kerajaan-kerajaan besar masa lalu. Sebut saja Kerajaan Majapahit dengan Prabu Hayam Wuruk dan patihnya Gajah Mada. Kerajaan Bali di bawah pemerintahan Dalem Waturenggung, atau kesultanan Ngayogyakarta dengan Sultan-nya merupakan beberapa contoh pemimpin pada era-nya masing-masing. Pemimpin masa itu lahir dari sistem feodal yang hadir dari garis keturunan yang tertutup.
       Dengan filsafat Manunggaling Kawula Gusti, raja atau pemimpin dianggap titisan dari Tuhan yang akan mampu memberikan kesejahteraan bagi masyarakatnya dan berarti pengabdian yang tulus dari rakyat (Kawula) kepada raja (Gusti). Apapun perintah dari seorang raja pada waktu itu adalah anugerah yang harus dijalankan. Begitu juga hukum merupakan hukum yang bersumber dari dalam diri seorang raja. Berbagai permasalahan serasa mampu diselesaikan dalam lingkup istana. Pada masa itu pemimpin merupakan penguasa yang merangkul berbagai aspek dalam kehidupan bermasyarakat.
      Sekarang ini dunia mengenal negarawan-negarawan Indonesia dengan pemikiran briliannya. Sebut saja Soekarno, Moh. Hatta, Tan Malaka dan Moh. Natsir. Soekarno merupakan insinyur pertama yang memimpin republik ini, dan seorang visioner yang ingin membebaskan bangsanya dari penjajahan. Moh. Hatta seorang sarjana ekonomi yang menjadi pelopor perkoperasian Indonesia. Siapa yang tidak kenal mereka berdua, dua orang negarawan visioner yang menjadi wakil bangsa untuk memproklamirkan kemerdekaan.
       Karakter dan mental seorang pemimpin bangsa tidak terbentuk begitu saja melainkan ditempa dan dibina selama bertahun-tahun dalam kondisi yang sulit dan penuh ketidakpastian. Hasilnya sejarah mencatat tokok-tokoh tersebut berada dalam barisan negarawan besar yang pernah dimiliki bangsa ini. Sebagai pemimpin mereka memiliki visi besar jauh ke depan, analisis yang matang serta didukung kemampuan keilmuan yang tinggi. 
       Dunia juga mengenal pemimpin dengan visi yang cerdas, sebut saja Mahathir Muhammad yang telah mampu secara cerdas menyiasati proses globalisasi dan hegemoni peradaban barat tanpa konflik besar, lebih manageable, dan tidak tersubordinasi. Mahathir juga begitu keras dan kritis namun cerdas terhadap Barat tanpa menimbulkan konflik besar, bisa menyiasati krisis tanpa IMF dan yang paling berarti adalah berhasil mengakhiri kekuasaannya secara relatif mulus.
      Di Indonesia kita mengenal Soeharto sebagai "Bapak Pembangunan". Memimpin Indonesia selama kurang lebih 32 tahun dengan Garis Besar Haluan Negara (GBHN) serta pola Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Dikenal sebagai pemimpin yang merakyat, mampu melakukan kontrol sosial dan mampu mengelola konflik di masyarakat dengan mulus.
      Di Thailand terkenal seorang raja bernama Bhumibol Adulyadej. Visinya untuk membangun Thailand menjadi negara yang maju dalam bidang pertanian cukup berhasil. Raja Bhumibol selalu muncul dengan komandonya yang sangat berpengaruh. Bhumibol concern dengan visinya menggeluti sektor pertanian dengan membuat dam (irigasi) besar, menawarkan konsep teknologi pertanian, serta berbagai proyek untuk meningkatkan kualitas tanaman pertanian. Kini Thailand bukan saja menghasilkan tanaman biasa, tetapi tanaman yang terkenal di kawasannya. Kita kini mengenal durian bangkok. Mangga, jambu, dan sayuran bangkok pun terkenal memiliki kualitas yang bagus.

Sumber :
http://bem.unair.ac.id/; http://www.balebengong.net/; http://sosbud.kompasiana.com/
Menuju Indonesia Pemain Utama Ekonomi Dunia, 2008, Sutrisno, Graha Ilmu
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar